“Pak, udah ibunya ditinggal aja, ambil wudlu aja, biar ibu kami yang tangani”. Kata salah satu suster di RSAU pagi itu jam 06.45. Langsung aja aku bergegas ke tempat pengambilan wudlu, setelah berwudlu langsung masuk ke ruangan bayi. Di sana udah menunggu bayiku, ya bayi pertamaku, bayi yang beberapa menit kemaren masih diperjuangkan untuk dikeluarkan ke dunia dari rahim ibunya.
Begitu mungil, biru kemerahan, “Mau digendong atau ditidurkan aja Pak?” tanya suster, “Ditidurkan aja”, jawabku. Si kecil masih nangis terus, oh ya aku tahu arti tangisnya, “Ayah segera teriakkan Adzan di telinga kananku dan Iqomah di telinga kiriku”, “Oke Nak, I do”.
Allahu Akbar, Allahu Akbar (2 kali); artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar”
Asyhadu alla ilaha illallah (2 kali) “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan selain Allah”
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2 kali) “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah”
Hayya ‘alash sholah (2 kali) “Mari menunaikan shalat”
Hayya ‘alal falah (2 kali) “Mari meraih kemenangan”
Allahu Akbar, Allahu Akbar (1 kali) “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar”
Lailaha ilallah (1 kali) “Tiada sesembahan selain Allah”
Selesai tugas di telinga kanan. Sekarang telinga kiri.
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Asyhadu alla ilaha illallah
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah
Hayya ‘alash sholah
Hayya ‘alal falah
Qod qomatish sholah (2 kali), artinya “Shalat akan didirikan”
Allahu Akbar, Allahu Akbar
Lailaha ilallah
Selesai dengan keduanya, aku membelai wajahnya, mencium pipinya, bibir mungilnya, lho kok masih nangis …
Aku tahu, tangismu yang ini berarti janji, janji pada Ayah Ibu untuk menjadi anak yang Soleh, patuh pada perintah Allah, Agama, dan Rasulnya, berbakti pada kami berdua, Ayah dan Ibunya.
Hari ini sudah setahun berlalu.
Met ultah bayiku, anak pertamaku,
Kanaka Nareswari Nijananda – ku
Sang Permaisuri berhati emas pembawa kebahagiaan.
Semoga hidupmu ke depan akan terus bahagia sebagaimana kami pemilik kebahagiaan atas kehadiranmu.
Love you, my Nares…
3 warna 