Archive for the ‘Uncategorized’ Category

be positive…

Posted: 14 September 2015 in Uncategorized
Tags:

Beberapa hari yang lalu saya cukup shock ketika lihat LKS nya Zakha, tepatnya di pelajaran Matematika, ada nilai 20 beserta message tambahan; “Kurang Teliti”.

WP_20150820_05_30_55_Pro

Saya coba lihat-lihat apa benernya yang dibahas di LKS ini, ternyata menentukan mana yang lebih sedikit jumlahnya dari sepuluh soal yang ada.

Pada sub-bab sebelumnya terdapat perintah mencontreng mana yang lebih banyak jumlahnya, dari sepuluh soal yang ada, Zakha sukses, bener semua dah…

Pada sub-bab berikutnya perintahnya adalah mencontreng mana yang lebih sedikit jumlahnya, hanya dua dari sepuluh soal yang sukses dikerjakan.

Saya panggil dianya.

“Dik, kalo yang ini sama yang ini banyakan yang mana?” wawancara dimulai.

“Yang ini Yah,” sambil nunjuk gambar, dan bener.

“Kalo ini sama ini sedikit yang mana?”

“Ini,” bener lagi, enteng banget waktu dia jawab.

Dan seterusnya, sampe sepuluh soal itu dia paham mana yang lebih banyak dan mana yang lebih sedikit.

“Terus Dik, ini kan perintahnya disuruh nyontreng yang lebih sedikit, kenapa koq adik pilih yang lebih banyak?” saya neruskan wawancara yang mana point kritisnya justru di sini.

“Soalnya disuruh mas Aufar pilih yang lebih banyak,” tuh jawabannya. Aufar ini temen sebangkunya sekaligus kakak sepupunya, nurut deh sama kakaknya.

Nilai 20 ga seharusnya ada, labeling “Kurang Teliti” juga bukan pilihan bijak untuk ditulis di LKS itu, seharusnya seorang guru menerapkan Discovering Ability, kemampuan seorang anak tidak hanya dinilai dari kertas dan apa yang tertulis dalam kertas itu. Kalo seperti ini sekolah bukan tempat terbaik untuk mencerdaskan atau memberi pengetahuan kepada anak, fungsi sekolah hanyalah tempat seleksi mana anak dengan kognitif terbaik dan yang tidak.

Pemilihan kata-kata “Kurang Teliti” juga kurang enak banget didengar, gimana kalo kata-kata itu meresap ke anak didik, bisa bahaya kalo dia melabeli dirinya dengan sesuatu yang negatif, “Aku kurang teliti”, “Aku bodoh”, “Aku lemah di matematika”.

Hmmm…

Bangun pagi-pagi saya punya ide, untuk mengubah apa yang sudah tertulis di LKS.

WP_20150820_05_42_13_Pro

Saya masih berusaha menggunakan pilihan kata positif ke anak-anak, saya berusaha, saya berusaha.

Ayo semua guru, mari menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar, salah satunya dengan bertutur kata yang positif.

Ayah Nares Yang Belum Belajar

Posted: 8 September 2015 in Uncategorized
Tags:

Ga kerasa Nares udah gede, sudah menampakkan kegemarannya di dunia tulis juga, tulisan yang satu ini karya ketiga nya Nares yang baru sempet diketik di komputer hehehe… Ya semoga selalu bisa konsisten menghasilkan karya. Amin ya Allah…

Ayah Nares Yang Belum Belajar

Bu Jum : Icha jangan bicara saja!

Icha : Bu, aku nggak bicara, Nares itu yang ngajak bicara Bu.

Bu Jum : Nares kamu ngajak bicara Icha ya?

Nares : Nggak Bu, saya nggak ngajak bicara, karena Icha tanya bahan bakarnya pesawat makanya saya jawab, aku juga tanya bahan bakarnya mobil?

Bu Jum : Kalau gitu kenapa kamu bicara? Kan kamu sudah tau.

Icha : Iya Bu aku ingin menanyakan bahan bakarnya pesawat dan Nares juga ingin tanya bahan bakarnya mobil.

Nares : Iya Bu aku ingin menanyakan bahan bakarnya mobil.

Bu Jum : kenapa kamu tidak belajar dan tidak menanyakan ini kepada ayahmu Nares?

Nares : Soalnya ayahku belum belajar Bu Jum.

Ada post keren yang wajib direpost dari health detik nih …

London, Gadis Inggris pecinta matematika yang tengah mengalami koma tiba-tiba terbangun setelah ayahnya memberinya pertanyaan aritmatika. Sang ayah kaget karena kecintaan putrinya pada matematika justru menyelamatkan nyawanya sendiri.

Vicki Alex adalah gadis berumur 15 tahun yang sangat menyukai matematika. Ia mengalami koma selama 3 hari dan tidak bisa merespons segala bentuk rangsangan apapun akibat penyakitnya. Namun keajaban datang ketika sang ayah menstimulasinya dengan pertanyaan aritmatika yang sangat sederhana.

Hasil diagnosa dokter menunjukkan bahwa Vicki terkena penyakit myeloid leukaemia acute. Dan sejak ia mulai kesulitan bernafas dan pusing pada bulan September, ia pun mengalami koma. Dua minggu kemudian, tubuhnya menjadi sangat dingin karena ia mengalami cold-like symptoms.

Sebulan kemudian, keadaannya bertambah parah. Ia terkena infeksi dan di bagian punggungnya terdapat gumpalan. Dokter pun memberinya antibiotik tapi tidak yakin dan tidak menjamin Vicki dapat melawan penyakitnya itu, bahkan dokter sudah memvonis kematiannya.

Namun orang tua VIcki, Nick dan Tracey tidak mau menyerah dan terus mencoba memberinya stimulus. Setelah berjam-jam memberi stimulus dengan mengajaknya bicara tentang band favoritnya (Coldplay) hingga teman-temannya, Vicki masih juga tidak bereaksi.

Lalu seorang spesialis IT asal Finedon, Northamptonshire, Alex, mengusulkan sebuah ide yang mungkin bisa membangunkan Vicki. Ia menyarankan agar Nick memberi pertanyaan aritamtika sederhana pada Vicki.

“Saya tahu bahwa ia sangat menyukai pelajaran mental aritmatika di sekolahnya. Namun saya tidak begitu yakin hal itu bisa menyadarkannya. Tapi Alex mendorong saya untuk melakukannya, jadi tidak ada salahnya mencoba,” ujar Nick seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (4/11/2009).

Nick pun kemudian memulai pertanyaan aritmatika yang sangat sederhana, yaitu satu ditambah satu. Dan seperti keajaiban, Vicki pun merespons pertanyaan itu. “Dia mencoba menyebutkan jawabannya, tapi saya tidak mengerti. Ketika saya tanyakan apakah jawabannya adalah dua, ia pun mengangguk,” tutur Nick.

Dokter mengatakan itu hanya sebuah kebetulan saja. Namun ketika ayahnya memberi pertanyaan tentang pelajaran bahasa Inggris yang tidak disukai putrinya itu, Vicki pun merespons dengan menggelengkan kepala. Nick akhirnya terus memberinya pertanyaan aritmatika, dan responsnya semakin baik. “Ini adalah keajaiban,” ucap Nick.

Hari berikutnya, Vicki sudah bisa bernafas tanpa alat bantu. “Awalnya kami takut jika ia tidak mampu bernafas jika alatnya dilepas, namun beberapa detik setelah alat itu dilepas, ia bisa bernafas sendiri. Ia hidup kembali,” seru Nick.

Penyakit leukemia akut yang menghambat produksi sel-sel darah normalnya di tulang belakang ternyata bisa dikalahkan dengan kekuatan mental dan pikiran. Meski demikian, Vicki tetap menjalani kemoterapi untuk pemulihan lebih lanjut. Stimulus mental aritmatika pun masih terus diberikan padanya sebagai terapi pemuilhan tambahan.